Epilepsi
- Voga Care
- 13 Feb
- 3 menit membaca

Epilepsi adalah kejang berulang yang terjadi pada sebagian atau seluruh tubuh akibat gangguan pada pola aktivitas listrik di otak. Penyakit ini tidak menular dan dapat terkontrol dengan pengobatan yang rutin dan tepat.
Seseorang dinyatakan menderita epilepsi jika pernah mengalami kejang lebih dari satu kali tanpa penyebab yang jelas. Epilepsi dapat diderita oleh semua kelompok usia, tetapi biasanya dimulai saat masih anak-anak atau saat berusia lebih dari 60 tahun.
Penyebab dan Faktor Risiko Epilepsi
Epilepsi disebabkan oleh aktivitas listrik yang tidak normal di otak. Sebagian besar penyebab terjadinya epilepsi masih dalam penelitian, tetapi diduga terkait dengan sejumlah faktor berikut ini:
Cedera kepala
Malformasi arteri vena
Meningitis
HIV/AIDS
Lumpuh otak (cerebral palsy)
Sindrom Down
Neurofibromatosis
Selain itu, ada kondisi atau penyakit yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami epilepsi, antara lain
Kelahiran prematur
Kelainan otak saat lahir
Lahir dalam kondisi kekurangan oksigen (hipoksia)
Diabetes selama kehamilan
Perdarahan otak
Tumor otak
Riwayat epilepsi dalam keluarga
Stroke
Penyakit Alzheimer
Penyalahgunaaan NAPZA, seperti kokain
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
Demensia
Infeksi saat kehamilan sehingga janin mengalami kerusakan otak
Gejala Epilepsi
Kejang adalah gejala utama epilepsi. Kejang pada penderita epilepsi terbagi dua, yaitu kejang total dan kejang parsial (sebagian). Kejang total merupakan kejang yang terjadi di seluruh tubuh. Kejang ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
Kejang tonik-klonik, yang ditandai dengan gerakan menghentak, tergigitnya lidah, dan sulit bernapas
Kejang absans, yang ditandai dengan tatapan mata yang kosong, hilangnya kesadaran diri, dan tidak mengingat kejadian di sekitarnya
Kejang atonik, yang ditandai dengan tubuh lemas, penuruanan kesadaran, dan pingsan
Kejang mioklonik, yang ditandai dengan gerakan cepat pada otot secara tiba-tiba pada salah satu atau kedua lengan
Sementara itu, kejang parsial hanya terjadi di bagian tertentu. Kejang ini dibagi dua, yaitu:
Kejang parsial sederhana, di mana kejang terjadi di satu bagian tubuh tetapi penderitanya tidak mengalami penurunan kesadaran
Kejang parsial kompleks, yaitu kejang yang membuat penderitanya mengalami penurunan kesadaran, melamun dengan tatapan kosong, dan melakukan gerakan berulang, seperti menggosok tangan, mengunyah, atau jalan berputar-putar.
Kapan harus ke dokter
Segera periksakan diri ke dokter atau cari pertolongan ke IGD rumah sakit terdekat jika mengalami gejala yang telah disebutkan di atas, terutama bila kejang yang terjadi lebih dari 5 menit.
Pemeriksaan dan penanganan juga perlu segera dilakukan pada penderita epilepsi yang mengalami kejang dengan kondisi, seperti:
Mengalami kejang kedua tidak lama setelah kejang pertama
Mengalami cedera saat kejang
Sedang hamil, cedera, atau menderita diabetes
Frekuensi kejang tidak berkurang setelah mengonsumsi obat antikejang secara rutin
Diagnosis Epilepsi
Jika pasien datang ke rumah sakit dalam kondisi kejang, dokter akan memberikan pertolongan pertama terlebih dahulu. Setelah kondisi pasien stabil, dokter akan menanyakan gejala dan penyakit yang pernah atau sedang diderita pasien.
Selanjutnya, untuk menegakkan diagnosis, dokter dapat merekomendasikan pasien untuk menjalani pemeriksaan lanjutan di bawah ini:
Rekam otak atau elektroensefalografi (EEG), untuk merekam aktivitas listrik di otak dan mendeteksi kelainan yang dapat menandakan epilepsi
Pemindaian dengan MRI dan CT scan, untuk memeriksa apakah ada kelainan pada otak, seperti tumor, infeksi, atau kelainan pada pembuluh darah
Tes darah, untuk melihat dan memastikan apakah ada kondisi lain yang menyebabkan epilepsi
Pengobatan Epilepsi
Pengobatan epilepsi bertujuan untuk mengendalikan gejala yang muncul. Metode pengobatannya dapat dilakukan dalam berbagai cara, mulai dari pemberian obat-obatan, terapi, diet, hingga operasi.
Obat-obatan
Dokter dapat memberikan obat antikejang untuk mengurangi frekuensi dan intensitas kejang. Jenis obat-obatan yang diresepkan dokter meliputi:
Asam valproate
Lamotrigine
Levetiracetam
Topiramate
Carbamazepine
Terapi
Selain mengonsumsi obat-obatan, penderita epilepsi juga disarankan untuk menjalani beberapa terapi di bawah ini untuk mengendalikan kejang:
Terapi stimulasi saraf vagus
Deep brain stimulation
Neurostimulasi responsif
Diet ketogenik
Diet ketogenik adalah pola makan tinggi lemak dan rendah karbohidrat yang bertujuan untuk mengubah lemak menjadi sumber energi utama tubuh. Diet yang lebih efektif untuk anak-anak ini dilakukan di bawah pengawasan dokter.
Operasi
Operasi dilakukan jika pengobatan lain tidak efektif. Tujuan operasi adalah untuk mengangkat bagian kecil otak yang menjadi sumber kejang, dengan syarat area tersebut tidak memengaruhi fungsi vital, seperti berbicara atau bergerak.
Operasi dapat dilakukan dengan teknik minimal invasif, seperti operasi lubang kunci dengan laser dan bantuan MRI.
Pencegahan Epilepsi
Meski penyebab terjadinya epilepsi belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena epilepsi, yaitu:
Menjaga berat badan ideal dengan rutin berolahraga
Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang, antara lain dengan memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, serta biji-bijian
Menggunakan alat pelindung diri, seperti helm atau sabuk pengaman saat berkendara
Tidak merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol
Memeriksakan kandungan secara rutin untuk menurunkan risiko terjadinya epilepsi pada bayi
Sumber:
Comments